Pacitan: Pesona yang Tertunda (Part 2: Sekilas Kota Pacitan)
Halooo halooo..bagaimana mimpi Anda semalam? Sudahkah Anda mimpi-mimpiin
tentang jalur menuju Pacitan seperti yang saya ceritakan? Kalau Anda
sudah mimpi tentang jalur tersebut, berarti sebentar lagi Anda akan
benar-benar menuju ke Pacitan (ah masak iya -____-)
Kali ini, mungkin di tulisan yang pendek ini, saya akan secara khusus
membahas Kota Pacitan. Spesifiknya mengenai penginapan dan akomodasi,
beberapa objek di kota, dan karakteristik penduduk Pacitan. Makanya,
boleh dibilang tulisan ini sedikit kurang menarik bila dibandingkan
tulisan yang sebelum ini atau yang setelah ini (coming soon coy). Selamat menyimak.
Kota Pacitan
Kota Pacitan. Kenapa Kota Pacitan? Kok nggak kabupaten? Secara khusus
saya akan membahas Kota Pacitan. Karena...pusat segala kegiatan akan
berada di kota. Menginap, makan malam, cari hiburan, sudah pasti akan di
kota Pacitan. Kenapa kok nggak di kabupaten? Meskipun di kabupaten juga
tersedia tempat menginap, namun tempatnya sangat terbatas. Dan seperti
yang telah sudah dibahas di tulisan sebelumnya, Pacitan didominasi
daerah bergunung-gunung. Sehingga, bisa dimungkinkan kalau menginap di
daerah kabupaten jarak tempuh ke obyek wisata yang menarik akan lebih
jauh daripada menginap di kota. Di kota ada banyak sekali kegiatan yang
cukup menjanjikan: kuliner yang cukup beragam, penginapan dengan harga
yang beragam dan fasilitas beragam, dan tentunya lebih dekat kalau ingin
ke SPBU.
Kota Pacitan sendiri bukanlah sebuah kota yang besar seperti Solo,
Jogja, atau bahkan Madiun. Jalannya pun juga kecil-kecil. Mungkin cukup
untuk berpapasan 2 mobil tanpa berjalan pelan-pelan. Kotanya cukup
rindang karena hijau pepohonan di pinggir jalan. Bagi Anda yang terbiasa
berorientasi dengan arah mata angin untuk bepergian, mungkin akan
sedikit bingung jika berada di Kota Pacitan karena karakteristik jalan
yang menuju ke satu arah dan tiba-tiba berbelok jadi mengacaukan
orientasi arah.
Seperti biasanya, semua sistem pemerintahan Pacitan berpusat di daerah
Alun-Alun Pacitan. Samsat dan lain sebagainya juga terletak di dekat
Alun-Alun. Pusat kota Pacitan sama dengan kota-kota yang lain: berpusat
di Jalan Ahmad Yani (coba perhatikan kota-kota di Jawa, sebagian besar
pusatnya di Jl A Yani, atau minimal Jl A Yani menjadi pusat keramaian).
Di Jalan A Yani cukup banyak ditemukan hotel dan beberapa Indomaret yang
buka hingga tengah malam. Beberapa ATM juga dapat ditemui di Jl A Yani
ini. Alun-Alun pun juga terletak sejajar di Jl A Yani. SPBU terdekat
yang saya temukan berada di jalur antara kota dan Pantai Teleng Ria (ke
arah barat keluar kota) dan di dermaga perikanan (khusus kapal). Mungkin
ada SPBU yang lainnya di daerah perkotaan, namun saya juga kurang tahu.
Kota Pacitan bagian selatan ini berbatasan langsung dengan Teluk
Pacitan. Untuk mengunjungi tempat tersebut, Anda bisa memilih untuk
pergi ke Teleng Ria (ini pantai yang cukup terkenal di Pacitan dan akan
dibahas di part selanjutnya), ke Pancer (ini bumi perkemahan, ada
beberapa hotel dan homestay murah disana), atau ke dermaga perikanan.
Sedangkan kalau dari kota ini mengambil jalur terus ke arah barat, Anda
akan menuju daerah Punung hingga Baturetno, Wonogiri. Ke arah utara,
Anda akan menuju Sedeng, selanjutnya menuju ke Baturetno, Wonogiri. Ke
arah timur serong utara menuju arah Ponorogo lewat Gemaharjo, dan ke
arah timur lewat pinggir pantai Anda akan menuju ke Trenggalek.
Karakteristik orang Pacitan ini khas orang-orang pegunungan selatan:
ramah, murah senyum, halus. Ketika Anda pernah pergi ke Solo atau Jogja,
maka Anda akan menemukan karakteristik orang Pacitan yang hampir
mirip-mirip dengan orang-orang Solo-Jogja (mungkin kaitannya juga
kesenangan orang Pacitan yang pelesiran di daerah Solo-Jogja karena
masih dekat dan ada banyak juga orang Jogja yang merantau ke Pacitan dan
sebaliknya). Kalau orang Surabaya bilang, karakteristik orang-orang
seperti ini disebut sebagai karakter orang 'Kulonan'. Maksudnya adalah
Jawa Timur bagian Barat seperti Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo. Jawa
Timur bagian barat ini disebut sebagai Mataraman. Karakteristik orangnya
hampir sama dan jauh dari kesan 'kereng'. Beda cukup jauh dengan di
Surabaya yang sangar-sangar karakter orangnya. Di daerah desa-desa
(destinasi wisata di Pacitan pasti melewati desa-desa) orangnya jauh
lebih ramah-ramah lagi. Mayoritas lebih suka diajak berbicara dengan
bahasa Jawa, apalagi dengan bahasa Jawa krama. Namun, dengan bahasa
Indonesia saja, mereka sudah sangat 'welcome'. Penduduk sekitar obyek
wisata juga sangat ramah kepada pengunjung. Ibaratnya, pengunjung adalah
keluarga baru. Dengan sekedar membuka kaca dan tersenyum kepada mereka
saja, meskipun jaraknya cukup jauh, mereka juga akan membalas dengan
senyum dan kadang disertai sapaan -benar-benar beda jauh dengan di kota.
Jadi, apapun kebutuhan Anda, selama warga dapat menyediakan maka Anda
juga akan dibantu. Jangan segan-segan bertanya kepada warga sekitar jika
Anda tersesat, karena GPS akan susah menjangkau dan mengidentifikasi
daerah yang Anda lewati selama perjalanan menuju ke obyek wisata (medan
bergunung-gunung, kadang serasa hilang di tengah hutan belantara).
Penginapan dan Akomodasi
Anda bingung dengan penginapan di Pacitan? Tidak perlu bingung mencari.
Tidak perlu bingung masalah budget. Anda tinggal memilih lokasi saja,
maka semuanya akan tersedia. Saya sangat menyarankan untuk menginap di
Kota Pacitan. Selain karena akses kemana-mana mudah (ke terminal, lokasi
belanja, Indomaret, atau SPBU), di Kota Anda juga bisa lebih leluasa
menuju ke obyek wisata karena rata-rata obyek wisata berada di daerah
Kabupaten Pacitan bagian barat. Atau kalau Anda ingin suasana pantai,
Anda bisa menginap di Teleng Ria atau di Pancer.
Ketika Anda memutuskan untuk menginap di Kota, maka akan ada banyak
sekali pilihan di tengah kota. Hampir semua hotel berpusat di Jalan A
Yani dan di sekitar Alun-Alun. Ratenya bervariasi. Ada yang mulai Rp
175000 hingga Rp 375000 dengan fasilitas mulai dari hanya kamar+fan
hingga kamar ber-AC+breakfast. Kalau Anda memilih sedikit menyingkir
dari Alun-Alun, ada Guest House Alloro. Saya pernah mencoba tempat ini
(di kali pertama saya ke Pacitan menginap) dan cukup merekomendasikan
tempat ini. Kamar termurah Rp 175000 sudah dapat fasilitas kamar ber-AC,
TV LCD, WiFi, dan kamar mandi luar dengan air panas atau air dingin.
Tidak mendapatkan fasilitas breakfast. Dan yang bikin lebih enak lagi, 1
kamar boleh dipakai berlima (meskipun ada yang klesetan di bawah pake
sleeping bag).
Pantai juga menjadi alternatif yang baik bagi tempat menginap Anda. Di
Pancer (timur Teleng Ria, Bumi Perkemahan) ada cukup banyak homestay
yang menawarkan biaya yang sangat minim. Per kamar dipatok hanya Rp
65000 hingga Rp 110000 per hari dengan fasilitas fan, breakfast, dan
beberapa ada yang kamar mandi dalam. Di Teleng Ria pun Anda dapat
menginap di beberapa homestay atau hotel yang ada disana. Tarifnya tidak
jauh beda dengan tempat-tempat lainnya. Namun, kelemahannya ketika Anda
akan menginap di Teleng Ria maupun Pancer, Anda harus berjalan cukup
jauh untuk mendapatkan angkutan umum jika tidak membawa kendaraan
sendiri. Dulu di Teleng Ria ada angkudes dan bus Pacitan-Jogja yang
masuk ke terminal di dalam pantai tersebut. Tapi, sepertinya sekarang
sudah jarang.
Anda bingung akomodasi? Saya sarankan untuk tidak memanfaatkan angkutan
pedesaan yang ada di Pacitan karena akan cukup menyusahkan Anda untuk
menuju lokasi wisata yang terpencil (tempat wisata yang bagus-bagus itu
lokasinya sedikit terpencil). Saya sarankan untuk menyewa kendaraan
saja. Dimana Anda bisa menyewa kendaraan bermotor? Cukup bilang ke
resepsionis homestay atau hotel, maka akan disediakan. Biayanya tidak
mahal. Untuk mobil, rate terbaru yang saya dapatkan sekitar Rp
150000-200000 untuk pemakaian selama satu hari belum termasuk bensin.
Sepeda motor dibawah Rp 100000. Jika sudah dapat kendaraan, saya
sarankan untuk mengisi bensin Rp 100.000 untuk mobil (sudah bisa untuk
mengunjungi Goa Tabuhan-Goa Gong-Pantai Klayar-Pantai Srau-Pantai Watu
Karung-Pantai Teleng Ria-Putar-putar kota). Atau kalau sepeda motor bisa
diisi fulltank.
Apa yang Bisa Dikunjungi di Kota?
Seperti yang sudah saya tulis diatas, Anda bisa mengunjungi beberapa
tempat di kota, salah satunya Alun-Alun Pacitan. di Alun-Alun ini
terdapat becak berwarna-warni yang bisa Anda sewa untuk mengelilingi
alun-alun. Selain itu, beberapa kuliner sederhana khas Pacitan juga
tersedia di alun-alun. Salah satunya adalah Thetel Bakar. Thetel (atau
gimana cara menulisnya) kalau di Jogja lebih dikenal sebagai jadah
ketan. Bedanya, kalau di Pacitan, jadah ini dibakar dan diberikan bumbu
asam-manis yang menggoda lidah (sayang tidak ada fotonya, monggo bisa
search di google dengan kata kunci tetel bakar pacitan. Mungkin baru
tulisan part 3 yang bakal ada fotonya). Jika Anda cukup beruntung,
biasanya di Alun-alun digelar pertunjukan. Pertunjukan biasanya digelar
ketika weekend atau ketika ada event tertentu. Kebetulan ketika
berkunjung kesana, ada festival band. Namun, sayangnya festival band
sudah bubar jam 22 -___-
Atau Anda bisa pergi ke Pasar Minulyo Pacitan. Bukan pasar biasa! Ini
pasar istimewa. Baru saja diresmikan oleh Ibas, putra presiden kita
Susilo Bambang Yudhoyono yang asli Pacitan beberapa bulan lalu. Ketika
Anda berpikiran pasar ini pasti jorok, buang jauh pemikiran Anda. Pasar
ini memang terletak di samping terminal bus Pacitan. Ketika Anda pernah
pergi ke daerah Pasar Agro Pasuruan, maka lebih kurang seperti itulah
tempatnya. Bangunan baru, rapi, tertata, dan hidup bahkan sampai malam
hari. Anda bisa memanfaatkan pasar ini untuk mencari sarapan atau makan
malam. Ada beberapa orang Lamongan yang berjualan penyetan lele di dalam
pasar ini ketika malam menjelang. Atau ketika Anda ingin ikan-ikan laut
fresh, Anda bisa pergi ke Teleng Ria dan ke pasar ikan untuk membeli
ikan goreng kiloan. Terakhir saya kesana, udang goreng renyah Rp
15000/kg, wader laut Rp 15000/kg, dan ikan mix (Tuna, Kakap, Hiu) Rp
25000 cukup untuk makan kenyang orang 6. Pasar ini mulai buka pukul
06.30 dan akan mulai tutup pukul 17.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar