Nama : Fitri Darizta
Nim : 13181029
Kelas : PS1A
1. 1. Pemikiran
yang sistematis
Rasional sebab
biasanya hal-hal yang rasio atau dapat dimengerti oleh akal itu sering terjadi
di timbulkan dari sesuatu yang sistematis.
2.Harus Konseptual
kemampuan untuk mengidentifikasi pola atau hubungan
yang tidak nampak dengan jelas.
3.Koheran atau runtut
unsure-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian
yang bertentangan satu sama lain
4. Harus sinoptik
pemikiran
filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara
integral
5. Harus mengarah kepada pandangan dunia
Merupakan pemikiran filsafat sebagai upaya untuk
memahami semua realitas kehidupan dengan jalan untuk menyusun pandangan ( hidup
) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang
berada di dalamnya ( dunia )
6. Harus rasional
unsure-unsurnya
harus berhubungan secaran logis.
Sumber : Buku catatan filsafat umum & manusia dan
Internet : http://www.slideshare.net/susiyanti9619934/filsafat-17903965
2. Ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah
sebagai berikut :
1.Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum,
dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak
bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan
konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan,
tentang kebebasan, dan lainnya.
2.Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual aalah spekulatif, yang artinya
filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak
berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas
dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan
tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran
filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam
lingkup kewenangan ilmu khusus.
3.Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk
mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang
dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan
asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang
disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
4.Berkaitan dengan arti
Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti.
Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof
harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang
tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5.Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu
melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis
dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga tidak ada
habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan
intelektual.
Sumber : Internet : http://ajiraksa.blogspot.com/2011/06/ciri-ciri-pemikiran-filsafat.html
3.
1.menambah ilmu pengetahuan dan cakrawal semakin luas,
oleh karena itu kita dapat menyelesaikan masalah dengan cara bijaksana.
2.Membawa manusia ke arah kemampuan untuk merentangkesadaran untuk
mengambil tindakan, sehingga akan dapat hidup lebih hidup
3.Lebih sadar terhadap hak dan kewajiban
4.Memberikan arah bagi manusia agar bijaksana memahami nilai-nilai
kehidupan.
Sumber : Buku catatan filsafat umum & manusia
4.
1.Metode historis/ sejarah
Metode ini baik
karena dengan demikian pertumbuhan filsafat itu dapat diikuti dari jumlahnya.
Akan tetapi harus agak panjang untuk penulaannya dan bisa menimbulkan
kesalahpahaman.
2. Metode Ikhtisar
Metode ini membentuk soal-soal yang
dibicarakan dalam filsafat dan menguraikan jawaban.
3.Metode Sistematis
Metode ini mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu bagaimana
manusia karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut filsafat itu
lalu dicari akibat-akibatnya
4.Metode Kombinasi http://van88.wordpress.com/ruang-lingkup-metode-pembagian-dan-beda-filsafat-dengan-ilmu-agama/
Metode ini adalah kombinasi dari cara-cara tersebut yaitu
sistematis, tetapi tidak lepas dari sejarah dan dengan memperhatikan soal-soal
terpenting yang timbul bagi setiap manusia yang hidup sadar dan mampu
menggunakan pikirannya
5. Metode Zeno : Reductio ad Absurdum
Zeno adalah
seorang murid Parmenides yang termasyhur, yang terkenal sebagai filsuf
metafisika Barat yang pertama. Metode Zeno member nilai abadi bagi filsafat
karena memang tidak satu pun pernyataam yang melahirkan pertentangan dapat
dianggap benar. Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu
perdebatan karena dengan metode itu ia telah member dasar yang kokoh bagi
argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Zeno juga dikenal sebagai
orang pertama yang menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari
kebeneran lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.
6.Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif
menurut Sokrates,
filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak
lewat tingkah laku manusianyang pantas, yang baik dan terpuji. Untuk menggapai
kebenaran objektif itu, Sokrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada
suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya.Sokrates begitu yakin bahwa
pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak
masa praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak pernah mengajar tentang
kebenaran itu, melainkan berupaya untuk menolong untuk mengungkapkan apa yang
memang ada dan tersimpan dalam jiwa seseorang.
7. Metode Plato : Deduktif Spekulatif
Transendental
Plato memusatkan
perhatiannya pada pada bidang yang amat luas, yaitu mencakup seluruh ilmu
pengetahuan. Dari berbagai ilmu pengetahuan yang diminatinya itu, eksaktalah
bidang ilmu yang memperoleh tempat istimewa.
8. Metode
Aristoteles: Silogistis Deduktif
Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode
yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan
kebenaran baru. Kedua metode itu disebut metode induktif dan metode deduktif.
Induksi ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari hal-hal khusus.
Deduktif adalah cara menarik konklusi yang bertolak dari sifat umum ke khusus.
Baik deduksi maupun induksi, keduanya dipaparkan oleh Aristoteles di dalam
logika.
9.Metode Plotinos :Kontemplatif-Mistis
Plotinos merupaka filsuf neoplatonis. Filsafat Plotinos didasarkan pada
ajaran Plato, khususnya mengenai ide kebaikan selaku ide yang tertinggi di
dalam filsafat Plato. Karena Plotinos menggunakan istilah-istilah dan
mengembangkan dasar-dasar pemikiran Plato, filsafat Plotinos disebut
neoplatonisme. Tetapi tidak berarti ia hanya mempelajari filsafat Plato, ia
mempelajari berbagai filsafat lainnya. Filsafat Plotinos merupakan sintesis
dari semua filsafat yang mendahuluinya walaupun memang terlihat dengan jelas
bahwa pengaruh Platonisme sangat dominan
10. Metode Descartes: Skeptis
Descartes menciptakan metode ini, tetapi ia bukan penganut skeptisisme
yang menyangsikan segala-galanya dan mengatakan bahwa apa yang dinamakan
pengetahuan itu tidak ada. Keraguan Descartes hanya keraguan metodis.
11. Metode Francis Bacon: Induktif
Metode induktif
adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal yang umum. Bacon
memang bukan penemu metode induktif, namun ia berupaya memperbaiki dan
menyempurnakan metode itu melalui pengkombinasian metode induktif tradisional
dengan eksperimentasi yang cermat.
Sumber: http://van88.wordpress.com/ruang-lingkup-metode-pembagian-dan-beda-filsafat-dengan-ilmu-agama/ dan http://archepark.wordpress.com/2013/05/03/metode-metode-filsafat/
5.
Merenung adalah aktifitas berfikir mendalam (deep thinkings)
yang sungguh berbeda dengan termenung. Merenung adalah secara diam-diam memikirkan
sesuatu hal kejadian yang mendalam.
Sedangkan termenung adalah gambaran tentang kondisi hanyutan sebuah pikiran, tentu saja ia kehilangan ofektivitasnya karena memang sedang out of control.
Termenung bias dikatakan meratapi hidup, orang termenung pasti melakukan dialog dengan diri sendiri. Berarti hal ini banyak menguraikan masalah dari termenung, orang berbicara dengan nurani dan akalnya menyamakan persepsi antara hati dan otak.
Sedangkan termenung adalah gambaran tentang kondisi hanyutan sebuah pikiran, tentu saja ia kehilangan ofektivitasnya karena memang sedang out of control.
Termenung bias dikatakan meratapi hidup, orang termenung pasti melakukan dialog dengan diri sendiri. Berarti hal ini banyak menguraikan masalah dari termenung, orang berbicara dengan nurani dan akalnya menyamakan persepsi antara hati dan otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar