Rabu, 22 Januari 2014

Analisis Kisah Genie


Pada tahun 1970, di California, seorang ibu berusia 50 tahun melarikan diri dari rumahnya setelah bertengkar dengan suaminya yang berusia 70 tahun. Ia membawa anaknya, gadis berusia 13 tahun. Mereka datang meminta bantuan pada petugas kesejahteraan sosial. Tetapi petugas melihat hal aneh pada anak gadis yang dibawanya. Perilakunya tidak menunjukkan anak yang normal. Tubuhnya bungkuk, kurus kering, kotor, dan menyedihkan. Setiap saat tidak henti-hentinya meludah. Tidak satu saat pun terdengar bicara. Petugas mengira gadis ini telah dianiaya ibunya. Polisi dipanggil, dan kedua orang tuanya harus berurusan dengan pengadilan. Pada hari sidang, ayah gadis itu membunuh dirinya dengan pistol. Ia meninggalkan catatan, "Dunia tidak akan pernah mengerti."


Mungkin ia benar. Dunia tidak akan pernah mengerti bagaimana mungkin seorang ayah dapat begitu sangat membenci anaknya. Penyelidikan kemudian mengungkapkan bahwa Genie, denikian nama samaran gadis tsb, melewati masa kecilnya di neraka yang dibuat ayahnya sendiri. Sejak kecil ayahnya mengikat Genie dalam sebuah tempat duduk yang ketat. Sepanjang hari ia tidak dapat menggerakkan tangan dan kakinya. Malam hari ia ditempatkan dalam semacam kurungan dari besi. Seringkali ia kelaparan. Tetapi kalau Genie menangis, ayahnya memukulinya. Si ayah tidak pernah bicara. Si ibu terlalu buta untuk mengurusnya. Kakak laki-laki Genielah yang akhirnya berusaha memberi makan dan minum. Itupun sesuai dengan perintah ayahnya, harus dilakukan diam-diam, tanpa mengeluarkan suara. Genie tidak pernah mendengar orang bercakap-cakap. Kakak dan ibunya sering mengobrol dengan berbisik, karena takut pada ayahnya.


Ketika Genie masuk rumah sakit, tidak diketahui apakah ia dapat berbicara atau mengerti pembicaraan orang. Ia membisu. Kepandaiannya tidak berbeda dengan anak yang berusia 1(satu) tahun. Dunia mungkin tidak akan pernah mengerti. Tetapi ditemukannya Genie telah mengundang rasa ingin tahu para psikolog, linguis, neurolog, dan mereka yang tertarik mempelajari perkembangan otak manusia. Genie adalah contoh yang langka tentang seorang anak manusia yang sejak kecil hampir tidak pernah memperoleh kesempatan berkomunikasi. Penemuan Genie menarik perhatian. Genie tidak dibekali ketrampilan mengungkapkan pikirannya dalam bentuk lambang-lambang yang dipahami orang lain. Apakah kurangnya ketrampilan ini menghambat perkembangan mental lainnya? Apakah sel-sel otak mengalami kelambatan pertumbuhan? Apakah seluruh sistem kognitifnya menjadi lumpuh? Inilah diantara sekian banyak pertanyaan yang menyebabkan Susan Curtis, profesor linguistik di University of California, mencurahkan waktu 7 tahun untuk meneliti Genie (Pines,1981).       Hasilanalisis kasus  kisah Genie dari sudutpandang teori kiriminologi, Psikologi perkembangan anak dan hubunganperkembangan kepribadian dengan kemampuan komunikasi adalah sebagai berikut.
            Kekerasan terhadap anak ( ChildAbuse ) terjadi pada Genie yang dilakukan oleh ayahnya sendiri yang mungkinmemiliki gangguan emosional yang serius atau pernah menjadi korban kekerasanpada waktu dia masih kanak-kanak yang menyebabkan memiliki dendam atau sugestitersendiri dalam dirinya. Jika di pandang dari teori kriminologi maka ayahnyatelah melakukan kekerasan psikologis terhadap Genie yang klasifikasinya sebagaiberikut :
1.      Isolation( mengisolasi ) yaitu sang ayah menjauhkan Genie dari lingkungan sosial,memutuskan kontak dari orang lain, mengurung Genie sendiri dan sebagainya.
2.     Rejection( penolakan ) yaitu menolak atau mengabikan kehadiran Genie dan mendiskriminasiGenie.
3.     Terror( teror ) yaitu sang ayah menimbulkan situasi yang menakutkan bagi Genie.
4.     Kontrolyaitu sang ayah membatasi kegiatan Genie dengan mengikat dan mengurung  Genie sejak kecil di dalam sebuah kurunganbesi.
5.     Pengabaianyaitu sang ayah menyembunyikan informasi dengan tidak memperbolehkan  siapun berbicara sampai terdengar Genie yangmenyebabkan Genie bisu dan tidak mengerti berbicara dan berkomunikasi denganorang di sekitarnya.
Dan ibunya Genie pun telahmelakukan pengabaian dengan tidak mengurus Genie sebagaimana layaknya seorangibu mengurus dan melindungi anaknya serta membiarkan ayahnya Genie melakukantindakan yang menyebabkan Genie tumbuh menjadi anak yang tidak normal dalamproses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental maupun psikis nya, walaupunakhirnya ibu nya mengajak Genie kabur dari rumah tetapi hal tersebut tidakmembayar penderitaan Genie selama bertahun-tahun terkurung di dalam kurunganbesi.
Dalam psikologisperkembangan anak Genie sama sekali telah gagal melewati fase ini padahal faseini sangat penting dalam perkembangan anak mulai dari perkembangan pembentukankebiasaan berprilaku ( Disiplin, kejujuran, dan perilaku yang wajar ),perkembangan motorik yang meliputi perkembangan tumbuh lincah dan aktifbergerak, perkembangan bahasa di mulai berkembangnya organ berbicara danberfikir, perkembangan yang di bentuk dengan penguatan kemampuan verbal (penambahan pengetahuan melalui belajar ), perkembangan hubungan timbalbalik  dengan orang-orang di sekitarnyadan mempunyai keterampilan tersendiri terhadap ancaman dari luar, tetapi Genietidak pernah merasakan dan menikmati perkembangan anak yang seharusnya dialewati. Seehingga Genie tidak tumbuh normal seperti anak-anak lain yangmengerti cara berbicara, berinteraksi dan berkomunikasi karena dia tidak pernahdi perhatikan oleh orangtua nya betapa pentingnya komunikasi dan tidak pernah diajarkanoleh orangtua nya untuk melakukan apa yang di pelajari anak-anak lain ketikaberusia sama sepertinya.
Orang yang tidak mengenaldan mengetahui komunikasi seperti Genie yang mengalami kekerasan fisik, mentalmaupun psikis akan membentuk kepribadian yang gagal, karena sejak kecil diatelah di jauhkan dari kehidupan sosial yang mengajarkan seseorang berinteraksidan berkomunikasi . Orangtua nya terlalu kejam terhadap Genie sehingga diatumbuh besar menjadi anak yang bisu dan tidak mengerti apa-apa ketika di ajakberbicara.
Padahal  kebiasaan berkomunikasi sangat berpengaruhterhadap kepribadian seseorang  baik itupengaruh positif maupun negatif, serta komunikasi adalah salah satufaktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Dalam prosespembentukan kepribadian yang unggul di perlukan antusiasme dan motivasi diriyang kuat untuk menguasai seni komunikasi yang efektif, agar mampu menjadipribadi yang baik.
Akan tetapi Genie tidakmendapatkan perlakuan pendidikan berkomunikasi dari orangtua nya karena si ibuterlalu buta untuk mengurusnya sedangkan ayahnya sangat membenci Genie denganmengikat, memukul, mengurungnya di kurungan besi dan melarang semua orangtermasuk ibu dan kakak nya Genie berbicara sampai terdengar Genie yangmenyebabkan Genie tidak mengerti cara berkomunikasi.
Jadi tanpa kita sadari bahwakomunikasi sangat berpengaruh penting terhadap perkembangan kepribadian anak.Semoga perlakuan kekerasan terhadap anak ( Child Abuse ) hanya di alami olehGenie dan tidak terulang lagi serta tidak terjadi lagi terhadap anak-anak didunia. Amin

Senin, 20 Januari 2014

Teori Perkembangan Anak

Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Menurut Freud ini adalah salah satu mata kuliah yang saya sukai sewaktu saya duduk di fakultas kedokteran adalah Psikiatri, dimana secara luas psikiatri membahas tentang jiwa manusia. Salah satu yang dipelajari adalah masalah perkembangan kepribadian. Dan yang paling berkesan menurut saya adalah teori psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.

medicalera.com
Sigmund Freud 1856 - 1939

Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian itu berdasarkan perkembangan dari seksualitas. Hal ini cukup memberikan kontroversi dari beberapa ahli psikiatri sehingga banyak pula yang memperbaiki teori psikoseksual yang dikemukan oleh Freud.

medicalera.com
Gambar Anekdot Sigmud Freud

Freud membagi beberapa fase perkembangan kepribadian dalam beberapa fase:

1. Fase Oral
Dimana pada fase ini dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi kelekatan dan hubungan yang emosional antara anak dan ibu. Pada fase ini balita merasa puas bisa makan dan menyusui, sehingga kegagalan pada fase ini beberapa mengatakan bahwa pada saat anak yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami stres dengan gejala gangguan pada lambung seperti maag atau gastritis.

2. Fase Anal
Fase ini berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai periode \"toilet training\". Pada fase ini seringkali orang tua merasa direpotkan dengan perilaku balita yang suka buang air sembarangan tanpa memperhatikan waktu dan tempat, sehingga seringkali orang tua menjadi keras ke anaknya dan membuat anak tersebut menjadi gagal melewati fase ini. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.

3. Fase Phallic
Disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah orangtuanya. Freud juga mengemukakan pada fase ini tentang masalah Oediphus dan Electra complex tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga ada teori tentang \"penis envy\" dan ini terjadi pada anak perempuan dimana anak perempuan ini akan dekat kepada bapaknya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.

4. Fase Laten
Fase ini adalah fase yang terpanjang, berlangsung pada saat umur 6 tahun sampai usia 12 tahun atau usia pubertas. Pada saat ini seorang anak dipengaruhi oleh aktivitas sekolah, teman-teman dan hobinya. Kegagalan pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.

5. Fase Genital
Fase ini berlangsung pada usia 12 tahun atau usia dimulainya pubertas sampai dengan umur 18 tahun, dimana anak mulai menyukai lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari orangtuanya dan belajar bertanggung jawab akan dirinya.

Kamis, 16 Januari 2014

Filsafat Pancasila



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Bangsa Indonesia memiliki falsafah Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, pandangan hidup dan dasar negara, Pancasila mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakatnya, dalam hubungan manusia dengan alamnya, hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagian rohaniah.
Pancasila sebagai falsafah negara secara resmi sudah diterima sejak 18 Agustus 1945, dengan ditetapkannya UUD 1945 sebagai UUD Negara RepublikIndonesia. Sebagai hukum dasar yang tertinggi, Pancasila seharusnya dilaksanakan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadi pembimbing kita dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. Apabila melaksanakannya dengan baik dan benar akan dapat mengantarkan kita untuk sampai pada tujuan cita-cita kemerdekaan bangsa, yang salah satu tujuannya adalah memajukan kesejahteraan umum.
Dalam keadaan bangsa kita sedang menghadapi ancaman disintegrasi seperti sekarang ini, bergunalah bagi kita untuk merenungkan kembali sejarah penemuan dan perumusan Pancasila. Sasaran akhir dari renungan itu adalah kesadaran kembali ke Pancasila. Untuk itu revitalisasi Pancasila merupakan conditio sine quanon (syarat mutlak).





BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Filsafat Dan Filsafat Pancasila
Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani filosofia  (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan. Filsafat memiliki dua pengertian yaitu filsafat sebagai proses dan filsafat produk, filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup, serta filsafat dalam arti teoretis dan filsafat dalam arti praktis. Ini berarti  Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Pengertian Filsafat Pancasila
    • Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
    • Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
    • Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
    • Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).


B.     Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat  dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
1.      Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
    1. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat  bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
C.     Ciri Sistem Filsafat Pancasila Itu Antara Lain :
1.      Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2.      Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
*      Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
*      Sila 2 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3,4 dan 5;
*      Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
*      Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
*      Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
D.     Inti Sila-Sila Pancasila
Inti sila-sila pancasila yaitu tuhan dan manusia. Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti  mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya.Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan. Oleh karena itu, landasan  pancasila meliputi : Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan  pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila . Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.


















DAFTAR PUSTAKA




http://buyungchem.wordpress.com/about/makalah-filsafat-pancasila/